Membangun Legacy Sebelum Pergi
Oleh: Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc.
Allah swt. berfirman:
قَدْ كَا نَتْ لَـكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْۤ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗ ۚ
“Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya…” (Al-Mumtahanah: 4)
- Ayat ini merekomendasikan agar kita meneladani Nabi Ibrahim alaihis salam karena di dalam kepribadian dan perjuangan dakwahnya terdapat banyak keteladanan, diantaranya:
- Kapasitas personal yang sangat besar.
- Sebagai seorang pemimpin Nabi Ibrahim as memiliki kapasitas personal yang sangat besar hingga pengaruh kepribadian dan kepemimpinannya sangat besar, lintas generasi, hingga mendapat sebutan “bapak para Nabi” dan nilai-nilai keteladanannya mendapat rekomendasi dari Allah. Bahkan kapasitas personal yang sangat besar ini juga disebutkan dalam ayat al-Quran. Firman Allah:
اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ كَا نَ اُمَّةً قَا نِتًا لِّـلّٰهِ حَنِيْفًا ۗ وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“Sungguh, Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah dan hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang mempersekutukan Allah),”
(An-Nahl: 120)
- Kata “ummatan” di dalam ayat ini mengisyaratkan kapasitas personal yang sangat besar, sebanding dengan satu umat.
- Mobilitas dakwah yang sangat tinggi.
- Wilayah dakwah Nabi Ibrahim sangat luas, menjangkau beberapa negara di zaman sekarang, yaitu palestina, Irak, Mesir dan Saudi Arabia. Dakwah di beberapa negara ini dilakukan di zaman yang belum mengenal alat transportasi dan komunikasi seperti di zaman sekarang. Ini menunjukkan mobilitas yang sangat tinggi dan luas dan perjuangan yang sangat berat. Tetapi semua itu tidak menjadi hambatan sehingga mampu dilakukan dengan sukses. Ini patut dijadikan motivasi para dai bila merasa lelah atau merasa terlalu luas jangkauan wilayah dakwahnya.
- Membangun legacy sebelum pergi meninggalkan dunia yang fana ini.
- Ibadah haji yang dilakukan umat Islam setiap tahun hingga hari kiamat ini merupakan warisan ibadah yang diserukan oleh Nabi Ibrahim as. Firman Allah:
وَاَ ذِّنْ فِى النَّا سِ بِا لْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَا لًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَا مِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ
“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh,” (QS. Al-Hajj: 27)
- Ini menjadi pelajaran bagi kita, agar sebelum meningalkan dunia yang fana ini setiap orang bisa membangun legacy kebaikan yang bisa mengalirkan pahala sepeninggalnya. Karena legacy kebaikan atau atsar yang ditinggalkan seseorang ini akan terus dicatat di dalam catatan amal kebaikannya sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰ ثَا رَهُمْ ۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْۤ اِمَا مٍ مُّبِيْنٍ
“Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz).” (Yasin: 12)
- Legacy kebaikan ini bisa berupa berbagai amal jariyah, masjid yang dibangun, sekolah atau pesantren yang didirikan atau dikelola, ilmu yang diajarkan, keteladanan yang ditunjukkan, kader-kader dakwah yang dibina dan diantarkan ke jalan dakwah, anak-anak atau murid-murid yang dididik menjadi anak-anak saleh, harta yang diwaqafkan atau disumbangkan untuk dakwah dan kebaikan, tenaga yang disumbangkan untuk kebaikan di jalan Allah, buku atau tulisan yang dibaca, dan kebaikan-kebaikan lainnya yang memiliki manfaat dalam waktu panjang.
- Setiap orang punya kesempatan yang sama untuk membangun legacy ini, masing-masing dengan kapasitas yang dimilikinya.